Nongkrong di warung kopi

Mendengar kata nongkrong di warung kopi sebagian kita berpikir bahwa itu merupakan kerjaannya orang-orang yang kurang kerjaan, pengangguran, orang malas, dan stigma pikiran negatif lainnya. Kebalikannnya, ada yang menganggap biasa saja, buat hiburan bahkan ada yang menganggap inilah tempat munculnya sebuah ide dan diskusi menarik lainnya.

Berdasarkan pengalamanku, nongkrong di warung kopi itu asyik. Banyak orang yang berkumpul di sana murni karena sebuah tujuan yang sama: ngopi. Nah, di sini kita harus pandai-pandai menyaring. Terutama obrolan-obrolan yang berkembang dengan sendirinya, alamiah tersaji berdasarkan perkembangan yang ada. Bisa polotik, ekonomi, kerjaan, seni, pengalaman hidup, atau bahkan dari tongkrongan itu dapat muncul sebuah komunitas baru.

Obrolan diwarung kopi sangat terkait dengan manusia-manusia yang “kebetulan” nongkrong di warung tersebut. Tak jarang obrolan itu berselang antara hal seputar “selangkangan” sampai hal “kelangitan”. Tak ada yang salah, semua tampak begitu alami. Tinggal bagaimana kita mampu mencecap makna dibalik obrolan tersebut.


Dalam suatu obrolan tertentu kita bisa saja bertindak sebagai pendengar saja atau sebagai pembicara utama. Layaknya guru dan murid, ya seperti itulah kealamiahannya terjadi. Guru dan murid di sini tak membawa embel-embel umur, status sosial, atau pun jubah keduniaan lainnya. Di sinilah aku seringkali bertemu dengan sharing yang sebenarnya. Bukan “njaluk benere dewe”. Saling tukar pengalaman, toleransi, dan saling menghormati. Ya… begitulah obrolan ala warung kopian. Dari hati-ke hati.

Jika kita sebagai orang yang lebih “tahu”, ada baiknya kita mengarahkan obrolan yang membangun dan mendewasakan bagi mereka-mereka yang belum “tahu”. Ah tidak tidak, obrolan ala warung kopian tak ada yang lebih tahu ataupun yang tidak tahu. Namun biasanya yang terjadi yaitu antara menyimak dan bertutur. Jika obrolan mengarah pada hal-hal yang bagi kita awam, maka otomatis biasanya kita jadi pendengar. Akan tetapi, jika kitapun tahu, maka yang ada adalah tukar pengalaman. Jika demikian yang terjadi maka nongkrong di warung kopi sebenarnya adalah sekolah juga. Ada sharing pengetahuan di sini. Dan ilmunya lebih beragam. Alhasil kekayaan ilmu bisa sedikit dicecap di warung kopi. Hahaha aya aya wae. . .

0 Response to "Nongkrong di warung kopi"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 2