Bagaimana caranya menulis?
Kalimat tanya itu seringkali menggema ketika seseorang berniat untuk menulis tapi pikiran buntu. Ternyata kemampuan tulis menulis yang kita pelajari sejak kita SD sampai SMA tak melulu dapat diaplikasikan selanjutnya. Buktinya, seringkali seorang dosen pembimbing sampai bosan melihat draft skripsi mahasiswa bimbingannya yang masih amburadul. Tak jelas inti pembicaraannya. Tak jelas topiknya.
Menurutku pola pengajaran menulis sejak dari SD salah dalam penerapannya. Dulu kita diajari untuk menentukan topik terlebih dahulu, selanjutnya menyusun kerangka karangan, dan seterusnya dan seterusnya. Berdasarkan pengalamanku cara ini kurang efektif apalagi jika si siswa tak memiliki bakat alami untuk menulis. Mungkin juga hal ini yang menyebabkan dosen-dosen saya dulu sangat miskin tulisan. (wah, gw ngritik nih). Masih lekat dalam ingatanku seorang dosen yang getol menulis Bang Jai (Mr. Zairin Jr.) mengkritik rekan-rekan seprofesinya yang miskin tulisan. (Tulisan yang dimaksud di sini yaitu tulisan umum bukan laporan)
Memang akan menjadi ironis jika senior-senior yang banyak ilmu itu tak menyalurkan ilmunya lewat media tulisan. Akibat yang mutlak terjadi yaitu tak akan ada transfer ilmu bagi generasi selanjutnya kecuali sebats pengajaran di kampus. "jangan sampai tak menulis buku seumur hidu" begitu pesan mas Gola Gong.
lalu bagaimana kiat menulis?
Langkah awal yang paling gampang dilakukan yaitu menulislah di bidang yang Sobat minati. Gaya penulisan atau istilah kerennya gaya selingkung tak perlu dipikirkan dulu. Ciri bahasa itu akan tercipta dengan sendirinya ketika sobat-sobat sekalian terbiasa menulis. Beberapa gaya tulisan yang kuat yang pernah aku baca yaitu gaya penulisannya Cak Nun. Tulisan-tulisan beliau sangat khas dan terkesan nyentrik.
Untuk latihan harian biasakanlah menulis apa yang dialami selama sehari itu di sebuah catatan harian. Mulanya dulu aku juga seperti itu. Sekarang efeknya aku jadi ketagihan menulis. Ya, menulis memberikan keasyikan dan kenikmatan pribadi bagi diri saya. Sekarang budayakan baca tulis. Itu lho, kitab saja ditulis... hehehe
Menurutku pola pengajaran menulis sejak dari SD salah dalam penerapannya. Dulu kita diajari untuk menentukan topik terlebih dahulu, selanjutnya menyusun kerangka karangan, dan seterusnya dan seterusnya. Berdasarkan pengalamanku cara ini kurang efektif apalagi jika si siswa tak memiliki bakat alami untuk menulis. Mungkin juga hal ini yang menyebabkan dosen-dosen saya dulu sangat miskin tulisan. (wah, gw ngritik nih). Masih lekat dalam ingatanku seorang dosen yang getol menulis Bang Jai (Mr. Zairin Jr.) mengkritik rekan-rekan seprofesinya yang miskin tulisan. (Tulisan yang dimaksud di sini yaitu tulisan umum bukan laporan)
Memang akan menjadi ironis jika senior-senior yang banyak ilmu itu tak menyalurkan ilmunya lewat media tulisan. Akibat yang mutlak terjadi yaitu tak akan ada transfer ilmu bagi generasi selanjutnya kecuali sebats pengajaran di kampus. "jangan sampai tak menulis buku seumur hidu" begitu pesan mas Gola Gong.
lalu bagaimana kiat menulis?
Langkah awal yang paling gampang dilakukan yaitu menulislah di bidang yang Sobat minati. Gaya penulisan atau istilah kerennya gaya selingkung tak perlu dipikirkan dulu. Ciri bahasa itu akan tercipta dengan sendirinya ketika sobat-sobat sekalian terbiasa menulis. Beberapa gaya tulisan yang kuat yang pernah aku baca yaitu gaya penulisannya Cak Nun. Tulisan-tulisan beliau sangat khas dan terkesan nyentrik.
Untuk latihan harian biasakanlah menulis apa yang dialami selama sehari itu di sebuah catatan harian. Mulanya dulu aku juga seperti itu. Sekarang efeknya aku jadi ketagihan menulis. Ya, menulis memberikan keasyikan dan kenikmatan pribadi bagi diri saya. Sekarang budayakan baca tulis. Itu lho, kitab saja ditulis... hehehe
0 Response to "Bagaimana caranya menulis?"
Post a Comment