MENCINTAI MUSUH

Oleh: Mata Elang

Lhoh, musuh kok dicintai? Mungkin kalimat itulah yang pertamakali akan terlintas di benak Anda. Akan tetapi, ternyata kita pun harus mencintai musuh. Kenapa? Alasan yang sangat jelas dan masuk akal yaitu karena kebencian tak bisa diatasi dengan kebencian. Saya kira hal ini sudah cukup jelas, bahkan contohnya dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Dagelan-dagelan politik yang dari dulu sampai sekarang ini terjadi merupakan contoh paling konkret yang dapat kita lihat.

Ironisnya, pihak yang banyak menerima akibat dari dagelan itu adalah rakyat kecil. Ya, mereka yang nggak tahu apa-apa justru lebih sering tertimpa tangga lantaran para wakilnya yang mereka gaji malah suka dagelan di gedung dewan. Kita tak perlu menghakimi mereka, hanya saja, sebagai orang tua kita harus bisa ngemong mereka karena memang anak kecil itu kan harus diemong, diasuh, dididik, dan selalu dinasehati. Membenci mereka sama saja dengan kita membenci anak-anak kita sendiri. Jadi yang tua haruslah sadar diri. Sekali lagi, mereka itu masih perlu ditimang, tapi tak perlu juga dikasih “asi”, kenapa? Karena mereka sudah saatnya disapih, terlebih lagi nyatanya mereka lebih pandai nyari “asi” sendiri.

DPR-taman kanak-kanak
 
Cinta lebih tinggi frekuensinya daripada perasaan benci

Untuk menjelaskan hal ini, posting artikel di sini mungkin dapat mengantarkan Anda kepada pemahaman yang lebih komprehensif. Singkat kata, cinta adalah derifat dari sifat Tuhan sedangkan kebencian adalah derifat dari nafsu. Oleh karena itu, akan menjadi sangat jelas bahwa hanya dengan cintalah lingkaran setan kebencian itu bisa diputus (lihat kisah balas dendam yang tak berkesudahan). 

Secara implicit, penjelasan ini akan mengantarkan kita kepada pemahaman bahwa sebenarnya tak ada musuh. Jika masih mau diada-adakan maka kambing hitam itu akan jatuh kepada sisi dari diri kita sendiri. Siapa lagi kalau bukan ego. Maka sekarang menjadi teramat jelas, “musuh” itu adalah bagian dari diri kita sendiri. Jadi, jika kita membenci musuh berarti kita membenci diri kita sendiri. Hal ini jelas akan merugikan diri kita maupun orang lain. Inilah yang dalam artikel kemarin aku sebut sebagai PENYAKIT PALING AKUT.

Penolakan kita akan bagian dari diri kita dapat menyebabkan kita “buta” untuk melihat hal lain yang positif dari diri kita sendiri. Bayangkan, jika kita sendiri belum sanggup menerima diri sendiri bagaimana bisa kita menerima orang lain? Bagaimana bisa kita memberikan cinta? Menerima diri sendiri samahalnya dengan memberikan cinta kepada diri kita, mencintai musuh, menerima diri apa adanya. 

Lebih jelas kiranya jika kita ambil sebuah contoh. Lihat, seringkali kita tidak bisa melihat sisi positif orang lain jika pada awalnya kita sudah memberikan cap buruk kepadanya. Mungkin karena hal inilah ada peribahasa mengatakan: karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Analogi ini juga berlaku jika kita sudah terkena virus mematikan bernama: PENOLAKAN DIRI. Otomatis, kita pun tak bisa melihat sisi positif dari diri kita sendiri. Itulah beberapa alasan mengapa kita harus mencintai musuh. 

Hati-hati dengan jebakan batman

Sampai di sini, kita jangan terjebak dalam jebakan batman. Maksudnya, perasaan benci kepada musuh itu jangan Anda pendam. Jika Anda masih sering mengungkit-ungkit kata maaf yang Anda berikan maka itu berarti Anda belum sanggup mencintai musuh. Anda hanya memendam perasaan kebencian Anda. Anda belum menggantinya dengan cinta. Analogi paling sederhana mungkin dapat diibaratkan dengan bara yang ada di dalam sekam. Kebencian itu hanya mengendon dalam hati Anda tanpa berganti atau dicuci dengan cinta. 

Jika saya ibaratkan hati sebagai sebuah wadah, maka perasaan benci itu adalah salah satu pengisi dari wadah tersebut. Wadah ini tak pernah kosong, jadi kemungkinan yang dapat mengisi hati itu hanya ada dua, kalau tidak positif ya negative, kalau tidak cinta ya benci. Jangan bingung, sifat-sifat seperti jujur, terbuka, sabar, ikhlas adalah derivate dari cinta sedangkan iri, benci, hasut dan konco-konconya itu adalah derivate dari nafsu. Di sini kita bisa memilih, mau bersekongkol dengan setan atau tidak. Nah, jika saya kaitkan dengan agama, maka puasa ramadhan kemarin sejatinya adalah latihan untuk tidak sekongkol dengan setan (iblis=mbahnya setan) alias memasukkan cinta untuk memenuhi hati. Persis, di sinilah letak bahasa simbolis yang dikisahkan saat sang Nabi hendak mikraj ke Arsy Tuhan. Jika kita masih mengingat apa yang didongengkan para guru kita dahulu, maka selalu saja dikisahkan bahwa sebelum ber mikraj hati sang Nabi dicuci terlebih dahulu, bukankah demikian?
hati ibarat wadah


Nah, maka dari itu hati yang belum “dicuci” pastilah tak bisa mikraj atau kembali kepadanya (innalillahi wa inna illaihirajiun). Dengan kata lain, jiwanya belum “hidup” atau masih harus dididik di kehidupan dunia, belajar dalam KAPAL NUH, makan buah khuldi kehidupan.

Karena cinta dan benci juga berfrekuensi.

Oke.. alasan mengapa harus mencintai musuh saya kira sudah teramat jelas dalam penjelasan di atas. Sekarang, saya akan mencoba mengembangkan pokok bahasan ini lebih jauh lagi. Ini terkait dengan hukum alam alias sunatullah yang beberapa dekade ini sedang naik daun. Harusnya Anda tahu, apa itu? Ya… tepat sekali, itulah yang banyak orang menyebutnya LOA (law of attraction).

Penjelasan secara ilmiahnya seingat saya sudah pernah saya posting. Mungkin artikel di sini akan lebih membantu mengarahkan pemahaman Anda. Hukum yang satu ini benar-benar bikin heboh. Ada yang semula sangat antusias menyimak kemudian menjadi ragu lagi untuk mempelajari hanya karena ada orang “beriman” yang bilang sesat. Aneh bukan, hukum Tuhan kok dibilang sesat. Hal ini mungkin dapat pula saya jadikan contoh bahwa jika Anda sudah mengecap seseorang dengan label hitam maka kebenaran apapun yang ia utarakan tak akan bisa Anda terima. Tentu saja, Anda akan sangat merugi. 

Dalam pandangan saya, sikap yang demikian justru secara nyata menunjukkan bahwa frekuensi orang tersebut belumlah mampu beresonansi dengan frekuensi orang lain. Dengan kata lain ini juga termasuk keadilan Tuhan, sunatullah, orang baik untuk orang yang baik, orang jahat untuk orang yang jahat (ini kata Al Quran lho). Kalau istilah temen saya, informasi itu belum haknya. 

Agar lebih greget lagi saya akan mengusik pikiran Anda. Ijinkan saya bertanya kepada Anda: mengapa Anda bisa mampir ke blog super malas ini? Meng-klik judul di atas dan membaca hingga kalimat ini? Ini takdir atau kebetulan saja? apa ada peristiwa kebetulan? Ini adalah contoh nyata bahwa hukum law of attraction sedang bekerja. Frekuensi Anda dan saya sedang “nyambung”.

Pada akhirnya atas alasan ini jugalah saya menuliskan artikel, “mencintai” musuh. Tak peduli Anda menerima atau tidak, saya merasa harus menuliskan artikel ini. Ini adalah bagian dari “mencintai” musuh. Saya tak perlu berkhotbah kesana-kemari (sampaikanlah walau hanya satu ayat) karena hukum ini akan bekerja secara otomatis. Anda yang mampir ke blog ini mempunyai hak untuk mengambil pengetahuan yang saya sajikan. Jikalaupun itu belum menjadi hak Anda, secara otomatis Anda tak akan tertarik untuk membaca artikel ini. Dalam kondisi yang demikian, maka mungkin orang lain yang akan memberitahukan kepada Anda. Saya hanya menyampaikan apa yang menjadi tanggung jawab saya. Saya hanya menyuarakan nurani saya.

Orang sering keterlaluan, tidak logis, dan hanya mementingkan diri; bagaimanapun, maafkanlah mereka. Bila engkau baik hati, bisa saja orang lain menuduhmu punya pamrih; bagaimanapun, berbaik hatilah. Bila engkau sukses, engkau akan mendapat beberapa teman palsu,  dan beberapa sababat sejati; bagaimanapun,  jadilah  sukses. Bila  engkau jujur  dan  terbuka,  mungkin  saja orang lain akan  menipumu; bagaimanapun,  jujur  dan  terbukalah. Apa yang  engkau  bangun  selama  bertahun-tahun mungkin  saja  dihancurkan  orang  lain  hanya  dalam  semalam; bagaimanapun,  bangunlah. Bila  engkau  mendapat  ketenangan  dan  kebahagiaan, mungkin  saja  orang  lain jadi  iri; bagaimanapun, berbabagialah., Kebaikan  yang  engkau  lakukan  hari  ini mungkin saja besok sudah dilupakan orang; bagaimanapun,  berbuat  baiklah. Bagaimanapun,  berikan  yang  terbaik  dari  dirimu. Engkau   lihat, akhirnya  ini  adalah  urusan  antara  engkau  dan  Tuhanmu; bagaimanapun  ini bukan  urusan  antara  engkau  dan  mereka, BUNDA  TERESA.

nasehat Bunda Teresa ini mampir ke otakku beberapa hari yang lalu, hal-hal seperti ini prinsip kerjanya sama seperti law of attraction

2 Responses to "MENCINTAI MUSUH"

  1. "Cintailah musuhmu, karena dia kamu bisa jauh lebih tegar dari sebelumnya" kata-kata penguat untuk diriku pribadi..

    Salam blogger..

    ReplyDelete
  2. quote yang istimewa mbak Tiva. sebuah pesan yang dapat membuat kita terus bertumbuh dalam kebaikan, berproses untuk lebih mengerti dan memahami sehingga kita benar-benar hidup, bukan menunda kematian saja. salam blogger...

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 2