Bersahabat dengan kesepian (2)
lanjutan dari bersahabat dengan kesepian
Nah, sekarang akan kulanjutkan. Sampai dimana kemarin??? Oh ya, realitas kesepian. Realitas kesepian eksistensial yang melekat pada setiap jiwa manusia. Kesepian akut yang kemunculannya tak terduga-duga. Ia muncul begitu saja tanpa salam. Kemarin aku misalkan seperti bayangan. Ya, bayangan memang selalu melekat pada diri kita. Ia muncul tiap kali ada cahaya. Karena memang cahayalah yang menyebabkan bayangan ada. Namun jika pada malam hari kita tidur tanpa cahaya, mematikan lampu maka ia akan hilang. Hilang di sini bukan berarti hilang selamanya. Ia tetap ada menyertai kita. Maka aku bilang kesepian ini kadangkala muncul kadangkala hilang. Namun ia tetaplah ada menyertai kita. Selalu. Kita memang tak merasakannya apabila ada kegiatan. Samahalnya seperti bayangan tadi. Ia ada jika ada cahaya, sedangkan kesepian ia hilang jika kita terfokus pada suatu pekerjaan.
Sepertinya ini sebuah solusi. Bukan, ini bukanlah sebuah solusi. Karena realitasnya ia tetaplah ada. Ia harus tetap dipecahkan. Ya, bisa saja kita lari dari realitas itu. Akan tetapi, kesepian itu akan menjadi akut dan kronis apabila ia muncul mendadak seperti gempa di Haiti, seperti gelombang tsunami di Serambi Mekkah. Dan apakah dampaknya??? ia dapat dengan senang hati mengantarkan kita pada kematian.
Bayangan. Bayangan akan selalu ada jika ada cahaya. Kita dapat menghilangkannya dengan meniadakan cahaya. Tapi apakah kita sanggup hidup tanpa cahaya??? Aku jamin Anda tak akan mampu hidup tanpa cahaya. Hal ini samahalnya saat kita melakukan suatu kesibukan. Ia bisa meniadakan kesepian, sesaat saja. Oleh karena itu, maka kesibukan atau pelarian ini tidak dapat dikatakan sebagai solusi. Lalu apa yang bisa meniadakan bayangan tanpa menghilangkan cahaya???? Jadilah cahaya itu sendiri. Maksudnya jadilah kita cahaya maka tak akan ada bayangan yang mengikuti kita. Ya, karena kita ini adalah cahaya. Apa artinya ini??? Dengan menjadi cahaya untuk menghilangkan bayangan maka dapat dikatakan pula bahwa kita harus menjadi sebab adanya bayangan. Lhah, lalu apa sebab kesepian??? Kesepian ini terjadi apakah tanpa sebab??? Tadi kan dikatakan ia muncul begitu saja???
Benar, kita tak pernah bisa mengerti secara tuntas mengenai sebab kesepian ini, kekosongan ini. Ia berada pada tataran misteri. Oke, coba kita bahas melalui pendekatan makna. Tulisan yang lalu, sudah aku uraikan dampak dari kesepian ini. Ia akan menuntut kerinduan yang tiada habisnya. Kesepian identik dengan keterpisahan, keterlepasan dengan sesuatu. Sedangkan kerinduan identik dengan penyatuan, kedekatan, keintiman. Maka, berangkat dari sini dapat dikatakan pula bahwa dengan melengkapi kerinduaan yang tiada habisnya itu kita dapat menghilangkan kesepian. Lho, sama saja tho??? Lha ini kerinduan kan juga tanpa batas???
Tepat, kerinduan ini memang tanpa batas. Nah, sekarang coba pikirkan apa itu tanpa batas??? Apa yang dapat dikategorikan tanpa batas itu??? Karena jika kita jadi manusia pasti terbatas. Hm.. sudahkah terbayang??? Kerinduan itu ada karena kesepian, keterpisahan. Jadi dapat dikatakan kesepian atau keterpisahan itu ada karena jarak. Oleh karenanya, jikalau kita hendak meniadakan kesepian, keterpisahan, melengkapi kerinduan tak berujung, maka kita harus meniadakan jarak, melengkapi kerinduan yang tak terbatas itu dengan sesuatu yang memang juga tak terbatas. Apakah Anda sudah mengerti apa yang akan kukatakan???
Ya , itulah kita harus memiliki keintiman dengan yang tanpa batas itu??? Jadi sebenarnya apakah yang tanpa batas itu??? Sebenarnya tulisan ini adalah pemikiran awal dari tulisanku sebelumnya yang berjudul: Ajari Aku Mencinta. Cinta inilah yang melengkapi kerinduan tanpa batas itu. Yang aku maksud cinta dalam hal ini bukanlah cinta antara sepasang kekasih. Bukanlah cinta antara ibu dan anak. Karena cinta yang seperti itu masih terbatas. Nyatanya walaupun cinta dari ibu kita begitu dasyatnya, tapi kita masih menghendaki cinta dari kekasih, cinta dari istri, cinta dari anak dsb. Maka cinta yang ada di bumi ini tetaplah terbatas. Ia tak bisa melengkapi kerinduan dan kekosongan di dalam hati kita. Ada ruang yang masih saja kosong. Maka ada pula kesepian yang kadang menyeruak begitu saja. Itu jelas ada karena kita belum memiliki obat penawarnya. Ya itu tadi Cinta yang tanpa batas. Cinta Sejati.
Nah, sekarang akan kulanjutkan. Sampai dimana kemarin??? Oh ya, realitas kesepian. Realitas kesepian eksistensial yang melekat pada setiap jiwa manusia. Kesepian akut yang kemunculannya tak terduga-duga. Ia muncul begitu saja tanpa salam. Kemarin aku misalkan seperti bayangan. Ya, bayangan memang selalu melekat pada diri kita. Ia muncul tiap kali ada cahaya. Karena memang cahayalah yang menyebabkan bayangan ada. Namun jika pada malam hari kita tidur tanpa cahaya, mematikan lampu maka ia akan hilang. Hilang di sini bukan berarti hilang selamanya. Ia tetap ada menyertai kita. Maka aku bilang kesepian ini kadangkala muncul kadangkala hilang. Namun ia tetaplah ada menyertai kita. Selalu. Kita memang tak merasakannya apabila ada kegiatan. Samahalnya seperti bayangan tadi. Ia ada jika ada cahaya, sedangkan kesepian ia hilang jika kita terfokus pada suatu pekerjaan.
Sepertinya ini sebuah solusi. Bukan, ini bukanlah sebuah solusi. Karena realitasnya ia tetaplah ada. Ia harus tetap dipecahkan. Ya, bisa saja kita lari dari realitas itu. Akan tetapi, kesepian itu akan menjadi akut dan kronis apabila ia muncul mendadak seperti gempa di Haiti, seperti gelombang tsunami di Serambi Mekkah. Dan apakah dampaknya??? ia dapat dengan senang hati mengantarkan kita pada kematian.
Bayangan. Bayangan akan selalu ada jika ada cahaya. Kita dapat menghilangkannya dengan meniadakan cahaya. Tapi apakah kita sanggup hidup tanpa cahaya??? Aku jamin Anda tak akan mampu hidup tanpa cahaya. Hal ini samahalnya saat kita melakukan suatu kesibukan. Ia bisa meniadakan kesepian, sesaat saja. Oleh karena itu, maka kesibukan atau pelarian ini tidak dapat dikatakan sebagai solusi. Lalu apa yang bisa meniadakan bayangan tanpa menghilangkan cahaya???? Jadilah cahaya itu sendiri. Maksudnya jadilah kita cahaya maka tak akan ada bayangan yang mengikuti kita. Ya, karena kita ini adalah cahaya. Apa artinya ini??? Dengan menjadi cahaya untuk menghilangkan bayangan maka dapat dikatakan pula bahwa kita harus menjadi sebab adanya bayangan. Lhah, lalu apa sebab kesepian??? Kesepian ini terjadi apakah tanpa sebab??? Tadi kan dikatakan ia muncul begitu saja???
Benar, kita tak pernah bisa mengerti secara tuntas mengenai sebab kesepian ini, kekosongan ini. Ia berada pada tataran misteri. Oke, coba kita bahas melalui pendekatan makna. Tulisan yang lalu, sudah aku uraikan dampak dari kesepian ini. Ia akan menuntut kerinduan yang tiada habisnya. Kesepian identik dengan keterpisahan, keterlepasan dengan sesuatu. Sedangkan kerinduan identik dengan penyatuan, kedekatan, keintiman. Maka, berangkat dari sini dapat dikatakan pula bahwa dengan melengkapi kerinduaan yang tiada habisnya itu kita dapat menghilangkan kesepian. Lho, sama saja tho??? Lha ini kerinduan kan juga tanpa batas???
Tepat, kerinduan ini memang tanpa batas. Nah, sekarang coba pikirkan apa itu tanpa batas??? Apa yang dapat dikategorikan tanpa batas itu??? Karena jika kita jadi manusia pasti terbatas. Hm.. sudahkah terbayang??? Kerinduan itu ada karena kesepian, keterpisahan. Jadi dapat dikatakan kesepian atau keterpisahan itu ada karena jarak. Oleh karenanya, jikalau kita hendak meniadakan kesepian, keterpisahan, melengkapi kerinduan tak berujung, maka kita harus meniadakan jarak, melengkapi kerinduan yang tak terbatas itu dengan sesuatu yang memang juga tak terbatas. Apakah Anda sudah mengerti apa yang akan kukatakan???
Ya , itulah kita harus memiliki keintiman dengan yang tanpa batas itu??? Jadi sebenarnya apakah yang tanpa batas itu??? Sebenarnya tulisan ini adalah pemikiran awal dari tulisanku sebelumnya yang berjudul: Ajari Aku Mencinta. Cinta inilah yang melengkapi kerinduan tanpa batas itu. Yang aku maksud cinta dalam hal ini bukanlah cinta antara sepasang kekasih. Bukanlah cinta antara ibu dan anak. Karena cinta yang seperti itu masih terbatas. Nyatanya walaupun cinta dari ibu kita begitu dasyatnya, tapi kita masih menghendaki cinta dari kekasih, cinta dari istri, cinta dari anak dsb. Maka cinta yang ada di bumi ini tetaplah terbatas. Ia tak bisa melengkapi kerinduan dan kekosongan di dalam hati kita. Ada ruang yang masih saja kosong. Maka ada pula kesepian yang kadang menyeruak begitu saja. Itu jelas ada karena kita belum memiliki obat penawarnya. Ya itu tadi Cinta yang tanpa batas. Cinta Sejati.
0 Response to "Bersahabat dengan kesepian (2)"
Post a Comment