PADI SERTANI DI SAWAH TADAH HUJAN
Musim penghujan kali ini tak
seperti biasanya. Oktober sudah berlalu, namun hujan tak kunjung datang. Beberapa
petani yang sudah terlanjur menyebar benih terpaksa gigit jari. Orang-orang
dinas pun turut kebingungan. Di satu sisi sawah masih kering, di sisi lain data
realisasi tanam dikejar-kejar atasan. Di pusat sana, para pembesar negeri sibuk
rapat untuk menyiasati keterlambatan tanam yang tentu saja bisa menggagalkan
target swasembada pangan yang sudah dicanangkan.
Di kota garam ini kondisinya
hampir sama dengan kabupaten kabupaten lainnya, malahan bisa dibilang lebih
parah. Hujan sama sekali tak turun, bahkan sampai bulan desember, hujan baru turun
beberapa kali.
Ketika mantan tukang lauk
mencoba menanam padi
Sebenarnya gak jauh jauh amat
sih dari dunia pertanian. Dunia perikanan sebelas dua belas dengan dunia
pertanian. Jika dulu saya mengharap hujan turun untuk mengairi kolam, sekarang
hujan itu tak tunggu untuk memulai mencoba mainan baru. Tanam padi. Belajar dari
model pemeliharaan ikan maka untuk padi pun saya kira hampir mirip. Jika di
dunia perikanan air, pakan, dan benih memegang peranan utama sebagai modal awal
keberhasilan maka secara analogi tanah (plus air), pupuk, dan benih semestinya
juga menjadi modal awal penentu keberhasilan bercocok tanam padi.
Tanah, poin pertama ini tentu
saja butuh tenggang waktu yang lama jika ingin diutak atik, maka hal paling
logis yang bisa langsung diterapkan agar tampak bedanya adalah dengan
penggantian varietas benih dan pupuk. Di kota garam yang sudah terkenal kering
ini, benih ciherang adalah benih yang paling banyak ditanam petani. Oleh karena
itu saya pun mencoba mencari benih lain selain ciherang yang tentu saja ada
embel embel tahan kering di karakter padinya. Setelah searching di dunia maya,
maka saya jatuhkan pilihan ke sertani.
Padi yang photonya bagus bagus di
dunia maya itu ternyata cukup susah juga nyarinya. Akan tetapi pada akhirnya
bisa dapet juga di group facebook. Lantas bagaimana jadinya? Apakah sama
seperti di photo? Tentu saja banyak faktor yang akan mempengaruhi. Selain tanah
(plus air), pupuk, dan benih, metode tanam, iklim juga turut berpengaruh. Bahkan,
suasana hati si empunya tanaman juga turut berpengaruh.
Varietas: Sertani 13 dan
Sertani 14
Sawah: tadah hujan (full)
Umur tanam: 35 hari
Pupuk: N 90, P 52, K 44 / Ha
Bacteri: racikan sendiri
Bacteri: racikan sendiri
Model tanam: konvensional
1hst |
15hst |
s13 55hst |
![]() |
s14 55hst |
![]() |
s14 vs wangi 55hst |
penampakan kondisi tanah 15 hst |
NB:
Pemupukan sangat tergantung
hujan. Umur 30hst terserang blas 35%. Bakteri kemungkinan mati karena kekeringan
0 Response to "PADI SERTANI DI SAWAH TADAH HUJAN"
Post a Comment