PKBM masuk kategori filsafat, oh sesuatu banget...
Beberapa hari yang lalu salah seorang temanku sms: waktu gue jalan2 ke gramed gue menemukan buku berkover hitam di bawa seorang anak kecil dan dijatuhkan di rak sebelahku. Waktu gue lihat sepertinya gue kenal sama pengarangnya. Judul bukunya Pemalas itu: kaya, bahagia, dan menikmati hidup hahaha…
What? Sekali lagi berarti gelombang otakku sinkron dengan gelombang otak temanku tersebut. Dan memang dalam halaman ucapan terimakasih pun aku menyematkan namanya. Ia termasuk salah satu orang aneh yang telah berdiskusi denganku jauh-jauh hari sebelum pembuatan buku “iseng” tersebut.
Sekarang kita coba analisa cerita tersebut: sang pembawa buku itu hingga mampir di mata salah seorang temanku adalah anak kecil. Anak kecil adalah perlambang keluguan, kejujuran, dan mereka selalu memandang segala kejadian dengan apa adanya tanpa persepsi apapun. Mereka memandang dengan dua bola mata bukan dengan mata “dajjal”. Dan memang, materi dari buku tersebut sengaja aku sajikan untuk merombak persepsi pembaca kembali pada zero mind. Dalam kajian fisika kuantum, titik ini adalah titik dimana semuanya bermula, ada yang mengistilahkannya dengan “God partikel”. Di titik inilah bahan baku sebuah “KEJADIAN” diramu.
Jadi wajar saja jika buku itu oleh pegawai gramed dimasukkan dalam kategori filsafat dan agama serta sub kategori filsafat. Dan memang setelah aku cek di beberapa gramed buku “aneh” tersebut nongkrong di deretan rak buku filsafat atau psikologi popular. Yup, aku nggak mau hanya jadi “tukang sayur” yang bisanya hanya jualan “bahan mentah”. Oleh karena itu materi yang kusajikan kebanyakan berasal dari pengalaman nyata bukan hanya “katanya” saja.
Dalam istilah agama, filsafat tergolong usaha untuk mempergunakan “aql” atau akal dalam mencari solusi dari problematika kehidupan. Penggunaan “aql” ini pun diwajibkan oleh Al Quran untuk beragama. Bahkan Allah marah jika manusia tidak menggunakan “aql” alias hanya ikut-ikutan saja. Jika kita ingin memperoleh pengetahuan yang lebih murni maka mau tak mau kita harus mempergunakan potensi tersebut. Bagaimana caranya? Pertama kita olah pengetauan luar tersebut dengan menggunakan pikiran “fikr”. Biasanya akan timbul beragam pertanyaan jika pengetahuan luar tersebut berbeda dengan apa yang kita dapat selama ini. Proses inilah yang akan memaksa kita untuk menggunakan “aql” dengan jalan perenungan, kontemplasi, meditasi, tafakur, qalwat atau istilah apapun yang Anda nyaman dengannya.
Apa-apa yang sudah kita dapatkan akan mengendap di alam bawah sadar dan untuk dapat mencerna hal-hal yang baru maka sikap open mind sangat diperlukan. Konsep inilah yang oleh para hipnoterapy digunakan untuk merubah mind para kliennya.
Anda tahu mengapa Ibrahim menjadi rasul kesayangan? Jelas karena Ibrahim mencari dengan segenap potensi kediriannya dalam mencari Tuhan.
Catatan:
Jika Anda berminat membaca buku tersebut silahkan Anda cari saja di Gramed. Buku tersebut dicetak dengan sangat terbatas, di salah satu gramed bogor juga sudah habis stok, maklum buku indie dan hanya untuk aktualisasi diri saja. Mengapa menggunakan indie label? Jelas karena isi materi buku di luar pakem dan aku nggak mau isinya dirombak oleh para editor dan copy editor. Anda tahu mengapa banyak penerbit dengan karakter yang berbeda-beda? Itu semua karena bahan bacaan pun juga disetir oleh para pemain di belakang layar layaknya cerita drama yang dikarang sang sutradara. Indie label memungkinkan untuk membaypass proses tersebut. Untuk hal ini aku sangat berterimakasih kepada kru INDIE BOOK CORNER. Jika Anda kesulitan mendapatkan buku tersebut, Anda dapat memesannya di INDIE BOOK CORNER atau di gramediaonline mungkin masih ada. Semoga bermanfaat…
ini dia yang sudah praktek virus malas:
"orang sukses itu pemalas"
"malas itu jurus ampuh jadi enterpreuner"
"saya malas maka saya sukses"
ini dia yang sudah praktek virus malas:
"orang sukses itu pemalas"
"malas itu jurus ampuh jadi enterpreuner"
"saya malas maka saya sukses"
Pemalas itu: Kaya, Bahagia, dan Menikmati Hidup |
0 Response to "PKBM masuk kategori filsafat, oh sesuatu banget..."
Post a Comment