Simbolisasi (20 Februari 2010)


Waktu kecil aku pernah berpikir apakah apa yang kulihat ini sama dengan yang kalian lihat. Apakah jika aku melihat manusia dengan bentuk sedemikian rupa dalam pandanganku itu sama juga dengan pandangan kalian??? Jangan-jangan yang namanya manusia dengan bentuk yang demikian dalam otakku, dalam otakmu berbentuk lain entah bagaimana. Tapi karena apa yang ada dalam pandanganku dan apa yang ada dalam pandangan kalian memiliki nama yang sama jadi walau beda bentuk, saat aku bilang ini kepala maka kalian juga setuju ini kepala. Bisa jadi apa yang ada dalam otakku dan kusebut itu kepala bentuknya lain dalam otak kalian, tapi sama-sama kusebut kepala. 

Tuhan itu maha luas ilmunya. Bahkan sering diumpamakan jika lautan adalah tinta dan bumi ini adalah kertas masih saja belum sanggup menuliskannya. Oleh karena itu, aku sering mempunyai pikiran bahwa apa yang terangkum dalam kitab itu adalah bahasa simbol. Bahasanya bukanlah bahasa pemaknaan biasa. Karena bahasanya bahasa simbol jadi yang sanggup mengambil inti pelajarannya tentulah bukan orang-orang biasa. Ia adalah orang berilmu. Oleh karena itu, bahaya sekali jika ayat-ayat  ditafsirkan oleh orang-orang yang tidak berilmu apalagi kemudian dipaksakan kepada orang lain. Jika ayat ini ditafsirkan oleh orang yang tidak bersih hatinya maka akan timbul keegoan dalam penafsirannya. Oleh karena itu ada suatu ayat yang menyatakan bahwa orang tidak boleh memegang kitab jika tidak dalam keadaan suci. Nah, dulu waktu kecil aku sering dinasehati dan diberi pengertian oleh guru ngajiku kalau mau pegang kitab itu harus wudhu dahulu. Karena wudhu itu mensucikan. Apakah demikian yang dimaksud dengan suci???

Wudhu, membasuh telapak tangan, muka, kaki, telingga, dan sebagainya. Apakah dengan demikian dianggap suci???? Lalu suci mana orang wudhu dengan orang mandi???. Padahal banyak orang yang wudhu sehabis sholat ngambil inventaris masjid. Orang habis wudhu, habis sholat, pulang ngambil sandal baru milik orang lain. Apakah demikian yang dianggap suci???? Oleh karena itu aku pun juga berpikir jangan-jangan wudhu itu pun adalah bahasa simbolis. Orang mencuci telapak tangan berarti tangan haruslah bersih. Bersih dari apa???? Orang mencuci mata, telinga, kaki, maka mata, telinga, dan kaki haruslah bersih. Bersih dari apa???? Dan apabila sudah bersih dan suci maka dia baru bisa memaknai ayat. Siapa yang mengajari??? Tentulah bukan manusia. Tentulah Dia yang bikin ayat.

Untuk apa wudhu????
Untuk apa sholat????
Kenapa gerakan sholat demikian????

Tentulah semua itu ada maksudnya. Dan jika sholat itu benar maka efeknya sudah dijelaskan, yaitu mencegah perbuatan keji dan munkar. Bagaimana pendapat Anda?

0 Response to "Simbolisasi (20 Februari 2010)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 2